KEBUDAYAAN
AMBON
OLEH
SUBYAKTO
(UNIVERSITAS
INDONESIA)
1.IDENTIFIKASI
Pulau Ambon
merupakan salah satu pulau dari kepulauan Maluku,suatu kepulauan yang terletak
Antara pulau Irian di sebelah Timur,pulau Sulawesi disebelah barat,lautan Teduh
disebelah utara dan lautan Indonesia di sebelah selatan.Maluku dapat dibagi
menjadi Maluku utara yang meluputi pulau-pulau
Morotai,Halmehera,Bacan,Obi,Ternate,dan Tidore dan Maluku Selatan yang meluputi
Seram,Buru,Ambon,Banda,kepulauan Sulu,Kei,Aru,Tanimbar,Barbar,Leti, dan Wetar.
Penduduknya yang pada umumnya
tinggal di pantai-pantai adalah campuran dari penduduk asli dengan orang-orang
pendatang berasal dari berbagai pulau,seperti orang bugis,Makassar,orang Buton
dan orang Jawa banyak yang bertempat tinggal diMaluku.Penduduk yang tinggal di
daerah pegunungan merupakan penduduk yang asli.
2.ANGKA-ANGKA
DAN DATA-DATA DEMOGRAFIS
Hasil sensus
penduduk tahun 1971,menunjukan jumlah penduduk Provinsi Maluku seluruhnya 1.088.945
jiwa.Maluku Tengah saja penduduknya berjumlah 378.870 jiwa,yaitu 194.145
laki-laki dan 184.725 perempuan sedangkan angka-angka cacah jiwa pulau Ambon
tahun 1959 dengan pengecualian Kotapraja Ambon tahun 1959 dengan pengucualian
Kota praja Ambon,adalah 80.364 orang.Dari jumlah itu 51% beragama Kristen
Protestan (aliran Reformasi)dan 49% beragama Islam
3.BENTUK DESA
Desa-desa di
pulau Ambon,biasanya merupakan sekelompok rumah yang didirikan sepanjang suatu
jalan utama.Rumah-rumah desa biasanya didirikan amat berdekatan,tetapi ada pula
desa-desa dimana rumah-rumahnya berrjauhan satu dengan lain dan dipisahkan oleh
perkarangan-perkarangn.Desa-desa seperti tersebut terakhir,dalam zaman dahulu
merupakan penggabungan dari dua atau lebih perkampungan kecil,yang letaknya
berdekatan.Perkampungan semacam itu disebut aman,dan terdiri dari beberapaa
soa,yang diperintahkan atau yang menjadi milik seorang ama (“bapak”atau
“tuan”).Tiap-tiap Soa,terdiri dari beberapa mata-rumah.
Desa dinamakan negeri dan
dikepalai oleh seorang raja (sama dengan kepala desa di Jaawa)aman,soa dan mata
rumah,dewasa ini tidak tampak lagi dalam struktur desa,karena pada waktu
perpindahan dahulud dari daerah bukit-bukit ke daerah pantai,kesatuan-kesatuan
ini terpecah belah terpisah satu dengan lainnya.
4.MATA
PENCAHARIAN HIDUP
Mata pencaharian
orang Ambon , adalah pada umumnya pertanian di ladang.Dalam hal itu orang
membuka sebidang tanah di hutan.dengan menebang pohon-pohon dan dengan membakar batang-batang dan
dahan-dahan yang telah kering.Ladang-ladang yang dibuka dengan cara demikian
hanya diolah sedikit dengan tongkat,kemudian ditanami tanpa irigasi dengan
kacang-kacangan dan ubi-ubian.
Sagu adalah makanan pokok orang
Ambon pada umumnya dan walaupun sekarang beras sudah biasa mereka makan,akan
tetapi belum menggantikan sagu seluruhnya
5.SISTEM
KEMASYARAKATAN
Sistem
kekerabatan orang Ambon berdasarkan hubungan patrilineal,yang diiringi dengan
pola menetap patrilokal.Kesatuan kekerabatan amat penting yang lebih besar dari
keluarga batih,adalah matarumah atau fam,yaitu suatu kelompok kekerabatan yang
bersifat patrilineal.Mata rumah merupakan kesatuan dari laki-laki dan perempuan
yang belum kawin dan para istri dari laki-laki yang telah kawin.Dengan kata
lain matarumah merupakan satu klen-kecil patrilineal.
Mata Rumah penting dalam hal
mengatur perkawinan warganya secara exogami dan dalam hal mengatur penggunaan
tanah-tanah dati yaitu tanah milik kerabat patrilineal.
Disamping kesatuan kekerabatan
yang bersifat unilineal itum ada kesatuan lain yang lebih besar yang bersifat
bilateral,yaitu family atau kindred.Faamili merupakan kesatuan kekerabatan
disekeliling individu,yang terdiri dari warga-warga yang masih hidup dari
mata-rumah asli,ialah semua keturunan dari keempat nenek moyang.
Perkawinan menurut adat
merupakan urusan dari dua kelompok kekerabatan yaitu matarumah dan family yang
ikut menentukan dalam fungsi penyelenggaraan dari perkawinan itu.Perkawinan
disini sifatnya exogami, yaitu seseorang harus kawin dengan orang diluar klennya.Mereka
mengenal tiga macam cara perkawinan yaitu kawin lari,kawin minta dan kawin masuk.
Kawin lari
adalah system perkawinan yang paling lazim.hal ini terutama disebabkan orang
Ambon umumnya lebih suka menempuh jalan pendek,untuk menghindari prosedur
perundingan dan upacara.Oleh karena itu kawin lari sebenarnya dipandang kurang baik dan kurang diinginkan
oleh pihak kaum kerabat wanita dan kaum pria sebalinya.
Bentuk
perkawinan kedua adalah kawin minta.Kawin minta terjadi apabila seorang pemuda
telah menemukan seorang gadis yang akan dijadikan istri,maka ia akan
memberitahukan hal itu kepada orang
tuanya.Kemudian mereka mengumpulkan anggota family untuk membicarakan hal itu
dan membuat rencana perkawinan.disini diperbincangkan pula pengumpulan kekayaan
untuk membayart mas kawin,perayaan perkawinan dan sebagainya.Kalau semua sudah
setuju,kemudian dikirimkan surat atau delegasi keorangtua sigadis mengirim
kabar kembali dengan waktu dan harinya.Apabila orangtua gadis menunjukkan
ketidak setujuannya maka pendekatan ini dibatalkan.Namun hal ini jarang
terjadi,karena biasanya keluarga pria keluarga pria telah memperhitungkan
jawwabannya.
Bentuk
Perkawinan ketiga ialah kawin masuk dalam Bahasa setempat disebutkan kawin
manual.Pada Perkawinan ini pengantin laki-laki tinggal dengan keluarga
wanita.ada tiga sebab utama terjadinya perkawinan semacam ini.Alasan pertama adalah kaum
kerabat sipemuda tidak dapat membayar mas kawin secara aadat alasan kedua
adalah bahwa keluarga sigadis hanya
beranak tunggalmdan tak punya anak laki-laki,sehingga sigadis harus memasukkan
suaminya dalam klen ayahnya dan menjamin kelangsungan klen.Alasan ketiga ialah
karena ayah dari sipemuda tidak sudi menerima menantu
perempuannya,disebabkanoleh perbedaan status atau alasan yang lain.Demikian itu
pemuda masuk keluarga isterinya,Kalau ini tidak dapat membayar mas kawin,maka
dia harus bekerja ditanah kaum kerabat istri.
Didesa-desa
Ambon ada juga organisasi masyarakat yang terdiri dari pemuda-pemudi yang sudah
dewasa tetapi yang belum kawin.Organisasi – organisasi ini disebut
jojaro.Disamping itu ada perkumpulan-perkumpulan pemuda yang belum kawin yang
dinamakan ngungare.Bila ada seorang anggota
jojaro yang kawin dengan pemuda dari luar desa,maka jojaro dapat
menghalangi jalan keluar mereka dari
desa dan menuntut dari pengantin llaki-laki pembayaran berupa sehelai kain
putih.Kalau belum dibayar tuntutan mereka,penganten perempuan tidak diizinkan
meninggalkan desa.Ngungare membantu jojaro dan mengawasi pembayaran tuntutan
mereka.
6.RELIGI
Pada umumnya
penduduk Maluku Tengah sekarang telah beragama Nasrani dan Islam dalam
perbandingan yang umumnya sama dengan apa yang terlihat untuk pulau Ambon pada
table XV.Walaupun sudah beragama Nasrani dan Islam ,sejak lama,namun sampai sekarang pun masih tampak adanya
banyak sisa-sisa religi mereka yang asli,dari szaman sebelum mereka memeluk
agama Nasrani dan Islam.
7.MASALAH
PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI
Ditinjau dari
keadaan iklim dan alamnya,potensi daerah Maluku untuk membangun ekonominya
rupa-rupanya tidak terutama terletak dalam pertaniannya,tetapi terutama dalam
perikanan.Hal itu karena dilaut Malukulah hanya beberapa puluh kilometer dari
pantai terdapat jenis-jenis ikan yang hidup dalam kawanan-kawanan besar yang
cukup seragam,seperti jenis-jenis ikan
tuna.Walaupun demikian ,usaha perikanan hanya dapat menjadi landasan untuk
menghasilkan modal bagi pembangunan,apabila usaha itu dilakukan dengan
teknologi modern dengan perahu-perahu besu berawak kapal lima sampai enam
orang,dengan alat-alat jala yang modern,dengan tempat menyimpan ikan di kapal
yang dapat didinginkan dan sebagainya.Untuk mengembangkan suatu industry serupa
itu dibutuhkan banyak modal dan keahlian.
Daftar Pustaka
Adatrechtbundels
1922 Groote Oost,XXI.Commissie voor het Adatrecht.
1925 Groote Oost,XXIV.Commissie voor het Adatrecht
Cooley F.L.
1962 Ambonese
Adat;A General Description New Haven,Cultural Report Series No.10 Yale
University.
1962 Ambonese Kin Groups,Ethnology, I halaman 102-112.
1966 Altar and Throne in Central Moluccan Societties,Indonesia
II:halaman 135-156.
1968 Alang,sebuah Desa di pulau
Ambon,Masjarakat desa diIndonesia masa kini. Redaksi Koentjaraningrat.
Djakarta,badan Penerbit Fakultas Ekonomi-Universitas Indonesia halaman 292-319
Duyvendak,J.P.
1926 Het Kakean – Genootschap van Seram ,
Almeto , W.Hilarius
Sachse F.L.O
1907 Seran en zijne bewiners Leiden, E.J.
Brill
Tidak ada komentar:
Posting Komentar