Suku betawi adalah salah satu suku yang
terdapat di Indonesia. Yang penduduknya umumnya bertempat tinggal di
Jakarta. Ada sebagian orang yang bilang bahwa suku Betawi adalah suku
asli Kota Jakarta, yang sudah mendiami Jakarta dan sekitarnya sejak
zaman batu baru atau zaman Neoliticum. Tetapi banyak orang juga bilang
bahwa suku betawi adalah suku yang berasal dari hasil kawin antaretnis
dan bangsa di massa lalu, kelompok etnis ini lahir dari perpaduan
berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta
seperti orang jawa, sunda, bali, bugis, Makassar, ambon, dan melayu,
serta suku-suku pendatang seperti Arab, India, Tionghoa, dan Eropa.
Ada berbagai pendapat tentang arti dari kata Betawi menurut para ahli dan sejarawan, dimana terdapat beberapa acuan yaitu:
- Pitawi (Bahasa Melayu Polynesia Purba) dimana berarti larangan. Perkataan ini beracu pada bangunan yang terdapat di Batu Jaya yang katanya dihormati. Dimana bangunan ini terpadat di Karawang yang merupakan kota yang terbuka sedangkan kkomplek banguna ini sifatnya suci dan tertutup menurut sejarawan Ridwan Saidi.
- Betawi (Bahasa Melau Brunei) dimana kata tersebut digunakan untuk menyebut giwang. Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi, yang banyak ditemukan giwang dari abad ke-11 masehi.
- Flora guling Betawi (cassia glauca), family papilionaceae yang merupakan jenis tanaman perdu yang kayunya bulat seperti guling kata orang dan mudah diraut serta kokoh. Dulunya sering dijadikan gagang senjata keris atau gagang pisau.
Orang betawi sebagian besar menganut agama
islam, jadi tidak heran jika kita masih menemukan pengaruh islam pada
kehidupan dan kegiatan mereka, karena sangat mengakar dalam budaya
Betawi. Tetapi ada sebagian masyarakat betawi yang beraga kristen,
katolik, dan tionghoa namun sangat sedikit.
Dari bahasa mereka kita
dapat melihat bahwa dialek Betawi tiu bersifat campur aduk, itu adalah
cerminan dari kebudayaan Betawi yang merupakan hasil perkawinan berbagai
macam bdaya, baik berasal dari daerah lain di Nusantara juga luar
Nusantara. Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah
Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari
adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi. Dialek Betawi sendiri terbagi
atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir.
Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi “é” sedangkan dialek Betawi
pinggir adalah “a”. Dialek Betawi pusat atau tengah seringkali dianggap
sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya kota
Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar Jakarta Kota,
Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas
paling selatan di Meester (Jatinegara). Dialek Betawi pinggiran mulai
dari Jatinegara ke Selatan, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong,
Ciputat hingga ke pinggir selatan hingga Jawa Barat. Contoh penutur
dialek Betawi tengah adalah Benyamin S., Ida Royani dan Aminah
Cendrakasih, karena mereka memang berasal dari daerah Kemayoran dan
Kramat Sentiong. Sedangkan contoh penutur dialek Betawi pinggiran adalah
Mandra dan Pak Tile. Contoh paling jelas adalah saat mereka mengucapkan
kenape/kenapa” (mengapa). Dialek Betawi tengah jelas menyebutkan “é”,
sedangkan Betawi pinggir bernada “a” keras mati seperti “ain” mati dalam
cara baca mengaji Al Quran.
Suku Betawi juaga memiliki banyak kesenian lokalnya, seperti:
- Dalam bidang musik, orang betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni Tionghoa, sebutan Gambang Kromong di ambil dari nama dua buah alat perkusi, yaitu gambang dan kromong. Secara umum, Gambang Kromong disajikan pada pesta-pesta rakyat, perkawinan, pesta tahun baru Cina, serta pada acara Tapekong (tempat peribadatan Cina). Juga Rebana yang berasal dari Arab. Kroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab, dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya. Dan Tanjidor yang memiliki latarbelakang ke-Belanda-an. Awalnya musik tanjidor dimainkan untuk penghibur tamu-tamu para tuan tanah dan bangsawan. Dalam perkembangannya, musik tanjidor dimainkan pada saat arak-arakan pengantin sunat, mengiringi pawai, malam tahun baru, dan sebagainya. Betawi juga memiliki lagu tradisional seperti kicir-kicir.
- Dalam seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya tari Topeng Betawi, gerakannya lincah dan riang. Biasanya, tarian ini diiringi musik gambang kromong. Penarinya menggunakan topeng kayu. Tari Topeng biasanya dijadikan tarian pembuka atau penutup pertunjukan Topeng Betawi. Beraneka ragam Tari Topeng Betawi yang dikenal, antara lain : Tari Lipet Gandes, Tari Topeng Tunggal, Tari Enjot-enjotan, Tari Gegot, Tari Topeng Cantik, Tari Topeng Putri, Tari Topeng Ekspresi, dan Tari Kang Aji. Tari Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong Sunda, Cokek dan lain-lain. Tari Yapong merupakan suatu tari gembira dengan gerakan yang dinamis dan erotis. Istilah Yapong ini lahir dari bunyi lagunya ya, ya, ya, ya, yang dinyanyikan artis pengiringnya serta suara musik yang berkesan pong, pong, pong, sehingga lahirlah “ya-pong” dan berkembang menjadi Yapong. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tiongkok, seperti tari Yapong dengan kostum tari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.
- Drama tradisional Betawi antara lain Lenong dan Tonil. Pementasan lakon tradisional ini biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat Betawi, dengan diselingi lagu, pantun, lawak, dan lelucon jenaka. Kadang-kadang pemeran lenong dapat berinteraksi langsung dengan penonton.
- Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta yaitu “Si Pitung” juga dikenal cerita rakyat lainseperti serial “Jagoan Tulen atau Si Jampang” yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal keras. Kebanyakan mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, tetapi selain itu juga dikenal cerita “Nyai Dasima” yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial. Cerita lainnya ialah “Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran”, “Juragan Boing” dan yang lainnya.
- Dalam persenjataan suku Betawi memiliki beberapa senjata pada genre awal yaitu rotan (jenis senjata tradisional Betawi yang digunakan pada permainan Seni Ketangasan Ujungan, termasuk kategori senjata alat pemukul), punta (senjata tajam jenis tusuk, dengan panjang sekitar 15-20cm. Senjata ini lebih berfungsi sebagai senjata pusaka yang menjadi simbol strata sosial pada waktu itu, karena senjata tajam ini tidak pernah digunakan untuk bertarung. Di Jawa Barat mungkin dikenal sebagai Kujang, namun Kujang lebih variatif dari segi bentuk dan motif ciung), beliung gigi gledek (sejenis kapak dengan mata menyilang kearah gagang pegangan, umumnya digunakan sebagai perkakas untuk membuat kayu), cunrik (keris kecil tusuk konde, senjata tradisional para perempuan Betawi, biasa digunakan oleh para resi perempuan yang tidak ingin menonjolkan kekerasan dalam pembelaan dirinya, terbuat dari besi kuningan dengan panjang kurang dari 10cm). Dan senjata yang dipakai dalam mainpukul diantaranya kerakel (kerak keeling/blankas, merupakan perkembangan dari senjata rotan Ujungan), golok, golok gobang, golok ujung turun, golok betok dan badik badik juga siku (Orang Betawi menyebutnya sebagai Siku, karena bentuknya yang terdiri dari dua batang besi baja yang saling menyiku atau menyilang).
- Makanan khas Jakarta yang terkenal adalah kerak telor, Makanan ini dibuat dari bahan-bahan antara lain seperti beras ketan putih, telur ayam atau telur bebek, ebi (udang kering) dan parutan kelapa yang disangrai kering, serta bawang goreng, cabai merah, kencur, jahe, merica, garam dan gula pasir sebagai bumbu pelengkapnya. Cara membuat makanan ini cukup unik karena tidak imasak di atas kompor namun dimasak diatas bara api. Pedagang kerak telor sesekali membalikkan wajan agar permukaan dari kerak telor tersebut juga terpanggang dan matang merata sambil dikipas-kipas agar bara api tetap menyala. Setelah kering dan matang kerak telor siap untuk disajikan. Adapula asinan betawi, ayam sampyok (hidangan mewah betawi kota dengan sentuhan cita rasa cina yang menyelimuti daging empuk ayam), Bir pletok (Embel-embel bir pada minuman ini bukan berarti mengandung alkohol. Bir pletok justru merupakan minuman kebugaran dari rempah alami yang memiliki beragam khasiat. Salah satunya, bisa mengatasi masalah sulit tidur alias insomnia), dodol betawi, kembang goyang, kue akar kelapa, dan masih banyak lagi.
- Upacara perkawinan adat Betawi ditandai dengan serangkaian prosesi. Didahului masa perkenalan melalui Mak Comblang. Dilanjutkan lamaran. Pingitan. Upacara siraman. Prosesi potong cantung atau ngerik bulu kalong dengan uang logam yang diapit lalu digunting. Malam pacar, mempelai memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar. Puncak adat Betawi adalah Akad nikah. Mempelai wanita memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket. Kepala mempelai anita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Dahi mempelai wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit menandakan masih gadis saat menikah. Mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, Hem, Jas, serta kopiah. Ditambah baju Gamis berupa Jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai. Dan pastinya terdapat roti buaya dalam proses perkawinan ini, yang memberi simbol pernikahan adat betawi.
Mata pencaharian orang
Betawi bisa dibedakan menjadi dua, yaitu mereka yang berada di tengah
kota menunjukkan mata pencaharian yang bervariasi, misalnya sebagai
pedagang, pegawai pemerintah, pegawai swasta, buruh, tukang seperti
membuat meubel. Dan mereka yang berada di daerah pinggiran hidup sebagai
petani sawah dan buah-buahan (sudah sangat jarang, mungkin sudah tidak
ada), pedagang kecil, memelihara ikan, dan sekarang di antara mereka
banyak yang menjadi buruh pabrik, guru, dan lain-lain.
Dalam penarikan garis keturunan,
mereka mengikuti prinsip bilineal, artinya menarik garis keturunan
kepada pihak ayah dan pihak ibu. Adat menetap nikah sangat tergantung
kepada perjanjian kedua pihak sebelum perpisahan berlangsung. Ada yang
menetap secara patrilokal maupun matrilokal Masyarakat Betawi atau
Jakarta asli dalam hal susunan masyarakat dan sistem kekerabatanya, pada
umumnya menganut sistem patrilineal.
Sumber dari:
http://blog.isi-dps.ac.id/indrasadguna/?p=3http://liburania.org/tari-yapong/
http://www.kidnesia.com/layout/set/print/Kidnesia/Potret-Negeriku/Warisan-Nusantara/Tari-Topeng-dari-Betawi
http://myseot.blogspot.com/
http://silatindonesia.com/2008/07/senjata-tradisional-betawi/
http://www.unosa.net/2011/11/daftar-senjata-tradisional-indonesia.html
http://www.kidnesia.com/layout/set/print/Kidnesia/Potret-Negeriku/Warisan-Nusantara/Tari-Topeng-dari-Betawi
http://dzakeystyle.blogspot.com/2012/06/10-makanan-khas-betawi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi
http://riantiii.blogspot.com/2012/10/makalah-suku-betawi.html
http://adelkudel30.wordpress.com/education/ilmu-pengetahuan-sosial/7-unsur-kebudayaan/7-unsur-budaya-suku-betawi/
http://www.anneahira.com/budaya-betawi.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar